Senin, 19 Desember 2011

LIBURAN DI KAMPUNG LAUT CILACAP

Liburan akhir semester tahun pelajaran 2010/2011 sudah seminggu berlalu, anak – anak ku seminggu itu juga dirumah, gak pergi kemanapun, aku kasihan melihatnya dan merasakan betapa suntuknya liburan sekolah dirumah. Namun apa daya aku tak bisa berbuat banyak untuk anak – anak ku. Dirumah mereka hanya bermain dengan komputer butut yang bisa digunakan untuk bermain game sederhana dan internetan seharian selama seminggu itu.
Namun, tanpa sengaja akhirnya aku bisa menikmati liburan yang mengasyikan bersama anak – anakku, ibunya anak – anak,  dan keponakanku. Perjalanan yang sebetulnya tidak pernah direncanakan sebelumnya. Berawal dari saudaraku yang bekerja di Kampung Laut sebagai Kepala Kantor Urusan Agama (Munkhozin) menilpon aku sehari sebelumnya bahwa aku disuruh ikut dalam acara yang akan digelar di Desa Klates Kecamatan Kampung Laut yang secara kebetulan biliau sebagai Kepala Kantor Urusan Agama sekaligus sebagai Pembina untuk masyarakat Kampung Laut suruh mengisi pengajian dalam rangka peringatan Isro’ Mi’roj Nabi Muhammad SAW. tanpa basa basi aku langsung mengiyakan “ OK mas… aku ikut bersama istri dan anak – anak ku serta 2 ponakanku”. Dan akhirnya tanggal 28 Juni 2011 siang kami berangkat dari Purwokerto dengan menggunakan 3 sepeda motor menuju Pelabuhan Penyeberanga Seleko Cilacap, tiba di pelabuhan pukul 14.00 tepat dan secara kebetulan Perahu Omprengan yang menuju ke kampung Laut akan segera berangkat. Aku serombongan bergegas lari menuju dermaga untuk naik perahu Omprengan Kampung Laut Cilacap.
“Hampir saja ketingggalan Pak …? Kalau sampai telat 5 menit saja Bapak serombongan gak bisa naik dan harus menunggu perahu Omprengan besok pagi” celetuk salah satu penumpang pria perahu omprengan tersebut dan “mau kemana Pak,,,?” aku jawab “mau ke Kampung Laut”. “Lho…. Kampung laut itu ada beberapa Desa… tersu Bapak mau ke Desa apa …?”. Aku bengong gak bisa menjawab sebab aku hanya diberitahu Kampung Laut oleh saudaraku yang bekerja sebagai Kepala KUA disana tidak memberitahu aku nama desa yang akan kami tuju. Namun dengan keramahan dari para penumpang yang menuju Kampung Laut akhirnya kami ngobrol kisana kemari sambil bersenda gurau dengan para penumpang yang akhirnya kami peroleh informasi mengenai kampung laut itu yang terdiri dari 4 Desa.
Kampung Laut merupakan kecamatan di Kabupaten Cilacap yang terletak ditengah-tengah laguna segara anakan yang ada diantara pesisir selatan pulau jawa dan pulau Nusa Kambangan yang sangat menawan. Kawasan ini menjadi tujuan wisata alam yang sangat menarik. Laguna yang unik, pulau Nusa Kambangan yang mempesona, ekosistem mangrove yang mempunyai komposisi dan struktur hutan terlengkap di pulau jawa.

Kenapa disebut dengan kampung laut?
Karena perkampungan ini berada di tengah-tengah laguna segara anakan yang dikelilingi perairan. Lokasinya lumayan jauh dari pusat kota Cilacap. Perjalanan ke lokasi ditempuh dengan menggunakan perahuOmprengan dengan ongkos yang sangat terjangkau sekali, hanya Rp 10.000,- per orang.

2 jam yang memuaskan.
Waktu tempuh dengan perahu Omprengan menuju Kampung Laut selama dua jam dari pelabuhan Seleko Cilacap. Dari perahu Omprengan tersebut kita dapat menikmati keindahan hutan mangrove di sepanjang perjalanan. Pemandangan alam yang hijau dan indah dari pulau Nusa Kambangan. Selain itu juga kita bisa melihat dari dekat bangunan-bangunan LP di Nusa Kambangan.
Di Atas Perahu Omprengan

Wow…. yang membuat kami serombongan tertawa ada yang sangat menarik disini bagi kami yaitu di perahu Omprengan yang kami tumpangi tidak kalah saing dengan bis eksktif yang biasa kami tumpangi jurusan Purwokerto Jakarta, yaitu ada tempat khusus bagi penumpang yang pengin kebelet ke belakang  (toilet) untuk buang air kecil maupun besar. Jadi teman – teman gak usah khawatir dengan perjalanan yang cukup lama.
Sang Nakhoda dan Pembantu Nakhoda berada didekat toilet (kotak cat biru)

hamparan hutan mangrove
LP Nusa Kambangan (Doc. Pribadi)

Selama perjalanan, kami terkagum-kagum ternyata di Cilacap terdapat tempat yang begitu indah… berasa bukan di Jawa. Mendekati perkampungan, kejutan-kejutan lain hadir dan membuat saya semakin terpana. Banyak warga kampung Laut yang berprofesi sebagai penambang pasir. Pemandangan yang sangat aneh, ketika dari kejauhan melihat penambang-penambang tersebut berdiri di perahu kecilnya sambil mengacungkan golok. Dari penjelasan yang saya dapat, mereka memang sedang mengancam tukang perahu Omprengan agar berjalan pelan-pelan. Jika perahu Omprengan berjalan cepat akan mengakibatkan efek gelombang yang besar dan membuat perahu penambang pasir terbalik.
Penambang Pasir (penambang pasir)

Setelah satu setengah jam perjalanan kami perahu Omprengan yang kami tumpangi sampai di desa Ujung Alang dan disana perahu Omprengan bersandar ke Dermaga karena menurunkan beberapa penumpang yang turun d Desa Ujung Alang.
Perahu bersandar di dermaga Desa Ujung Alang
Salah satu sudut Desa Ujung Alang

Setelah dua jam perjalanan, sampailah kami di sebuah perkampungan. Wow… masih agak tak percaya rasanya. Ditengah-tengah perairan terdapat perkampungan penduduk. Desa Klaces yang  menjadi tempat tujuan kami. Langsung saja kami cari informasi pada penduduk sekitar mengenai Desa Klaces ini.
Turun dari perahu di Dermaga Desa Klaces
Kami sekeluarga berpose di dermaga Desa Klaces
Meninggalkan dermaga
Masuk desa Klaces dengan POS TNI AL

Setelah kami sampai di Kantor KUA tempat saudara kami bekerja, kami ngobrol dan saling tanya kesehatan dan keadaan keluarga kami dan keluarga saudara kami. Sayang sekali kami lupa untuk mengabadikan adegan pertama kami bertemu disana, karena kami sangat bahagia sehingga kami lupa untuk mengabadikannya.
Informasi yang kami dapatkan sementara mengenai Kecamatan Kampung Laut terdiri dari 4 desa dengan jumlah penduduknya :
1. Desa Ujung Gagak     3.902 jiwa
2. Desa Ujung Alang     4.648 jiwa
3. Desa Panikel               5.544 jiwa
4. Desa Klaces                1. 242 jiwa

Tibalah malam yang cukup gelap karena disana tidak ada penerangan dari listrik yang memadai. Yang ada hanyalah PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya) yang voltasenya pun juga tidak full 220 Volt,  aku perkirakan tegangan listrik yang ada hanyalah sekitar 120 sampai dengan 150 volt. Itupun tiap rumah hanya diberi penerangan 1 buah lampu 5 watt setiap rumahnya sehingga disana tidak ada penduduk yang punya TV apalagi Komputer, apalagi PLTS disana kadang bisa nyala dan kadang tidak bisa nyala dan kalaupun nyala hanya sampai dengan  jam 22.00 sudah padam.

Acara peringatan Isra’ Mi’roj
Setelah sholat Isya remaja putra dan remaja putri penduduk sekitar yang tergabung dalam wadah remaja masjid Miftahul Huda Desa Klaces menyiapkan perlengkapan acara peringatan Isro’ Mi’roj di halaman Masjid Miftahul Huda dan tidak kalah ramainya dengan anak – anak yang bermain dihalaman masjid terdebut (maklum … jarang ada keramaian).
acara Isro’ Mi’roj berlangsung dengan meriah, sebelum acara inti diisi unjuk kebolehan dari anak – anak hingga remajanya.
Anak – anak yang tegabung dalam TPQ asuhan Kyai Imuh
Anak – anak yang tegabung dalam TPQ asuhan Kyai Imuh
Group Nada dan Dakwah “Al-Bahr” pengasuh Bapak Munkhozin

Group Nada dan Dakwah “Al-Bahr” pengasuh Bapak Munkhozin

Sambutan Kepala Desa Klaces

Ceramah Isro’ Mi’raj oleh Bapak Munkhozin

Antusias Warga Desa Klaces dalam mengikuki Pengajian Isra’ Mi’raj

Acara peringatan Isra’ Mi’raj berakhir pukul 23.00 dan setelah warga bubar listrikpun padam.
Wow…. Kondisi perkampungan sangat gelap gulita dan tidak ada aktifitas warga yang diluar. Kebetulan situasi udara sangat dingin. Tetapi kami tidak menyia – nyiakan momen di Kampung Laut ini, kami berempat (Aku, Munkhozin, ipung dan si Dar)  keluar menuju dermaga untuk mancing sambil menikmati heningnya Desa Kleces yang jauh sekali dari kebisingan suara motor ataupun TV penduduk. Suasana betul – betul alami yang terdengan hanyalah suara jangjrik, kodok dan binatang malam lainnya.  (hening dan mengasikkan……..)

Mancing di dermaga depan kantor Kecamatan Kampung Laut

Pukul 01.20 kami pulang menuju kantor KUA untuk istirahat. Wuh….. caaaapeee…..
Zzzz…….zzz……zz……zz…..zz…… tidur deh.
Pagi hari kami bergegas untuk jalan – jalan keliling kampung Desa klaces untuk mengambil beberapa gambar keluarga dengan beberapa background mumpung kami berada kampung yang sangat eksotis ini.
  Berpose di dermaga depan kantor Kecamatan Kampung Laut


 Berpose di depan kantor Kecamatan Kampung Laut
Jalan – jalan pagi dengan beberapa gambar yang kami ambil

Kami puas dengan jalan – jalan pagi keliling kampung desa Kleces dan kamipun kembali ke kantor KUA mengajak saudara – saudaraku yang mungkin masih pada tidur untuk ikut jalan – jalan ke Goa Masigit tempat orang – orang yang katanya ngalap berkah ( apa iya siiiiii ….????)
Kami sewa 3 motor untuk menuju ke gua masigit, yang sebetulnya dengan jalan kaki akan lebih mengasikkan, tetapi karena kami takut ketinggala perahu omprengan yang akan kami tumpangi nanti sekitar jam 09.15. kalau perahu tersebut sydah lewat kami tidak bisa pulang hari itu juga. Kalau kami tetap harus pulang dan sudah tertinggal oleh perahu omprengan maka kami harus sewa yang harganya memang cukup tinggi bagi keuangan kami yang hanya bawa uang pas – pasan.
Jalan menuju Goa Masigit

Depan Goa Masigit

Tidak jadi masuk karena gelap (senter yang sudah kami persiapkan tertinggal di Kantor KUA)

Perjalanan pulang dari Goa Masigit

Goa Masigit Sela. Menurut warga sekitar, goa ini merupakan goa keramat. Wisatawan yang berkunjung mempunyai bermacam-macam tujuan. Ada yang hanya ingin melihat dan menikmati pemandangan seperti saya tentunya, ada pula yang bertujuan ngalap berkah, ada yang bertujuan untuk menenangkan diri, jadi jangan kaget apabila kita memasuki goa ini kita akan menemukan orang yang sedang bersemedi atau bertapa.
Selain Goa Masigit Sela, ada lagi Goa Maria. Menurut cerita, goa ini ditemukan tanpa sengaja oleh Belanda pada abad ke-16. Disebut Goa Maria karena didalamnya terdapat stalakmit yang menyerupai anjing dan perempuan yang sedang menyusui menyerupai bunda Maria.
Lapar ya…. Habis jalan – jalan keliling kampung, “SOP MUJAIR” makanan khas Kampung Laut

Ayo.. cepetan makannya, ntar ketinggalan perahu omprengan …..

Sebetulnya masih banyak tempat indah disini yang belum saya kunjungi, namun karena mengejar waktu agar tidak ketinggalan perahu Omprengan perjalanan ini saya akhiri. Pastinya lain waktu saya kembali lagi…
Jika ada yang tertarik menikmati wisata bahari sekaligus wisata alam yang menyenangkan, saya sarankan datanglah ke Kampung Laut. Tak perlu biaya besar kok, selain untuk tempat berwisata, lokasi ini juga sangat bagus sebagai lokasi penelitian.
Menunggu perahu omprengan



Naik ke perahu omprengan (perahu sebelahnya yang akan masuk)


Secara kebetulan kami pulang numpang perahu omprengan yang kami tumpangi kemarin.



Oh … ternyata perahu omprengan penuh penumpang, dimana kami bisa duduk …???

Tidak apalah yang penting ikut terbawa daripada kami harus nginap lagi semalam dan ha ha ha…. Sang nakhodapun juga sampai gak kebagian tempat duduk. Lho… nanti bagaimana kalau perahunya nabrak …. ?  Oh… tidak bisa…. Itu adalah Pak Sakiman yang bertugas jaga pada tadi malam di POS TNI AL Kecamatan Kampung Laut dan akan pulang ke Cilacap.

Penumpang perahu omprengan yang penuh dan sesak hingga ada yang duduk di dinding perahu. Wah….. bahaya tuh…..
Eittt… aku tidur dulu ya de…. Aku ngantuk semalam jaga….
nanti kalau sudah sampai pelabuhan seleko aku dibangunkan ya…….